Batik
memang menjadi perdebatan antara Negara Indonesia dan Malaysia mengenai hak
paten dari batik. Namun, Indonesia yang memang terkenal dengan industry batik
ternyata juga menimbulkan limbah dari pengolahan batik. Nah bagaimana cara
mengolah limbah batik? disini dijelaskan lhooo alternative pengolahan limbah
batik.
Industri batik merupakan salah satu penghasil limbah cair yang berasal
dari proses pewarnaan. Selain kandungan zat warnanya tinggi, limbah industri
batik juga mengandung bahan-bahan sintetik yang sukar larut atau sukar
diuraikan. Setelah proses pewarnaan selesai, akan dihasilkan limbah cair yang
berwarna keruh dan pekat. Biasanya warna air limbah tergantung pada zat warna
yang digunakan. Limbah air yang berwarna menyebabkan masalah terhadap
lingkungan. Metode elektrokimia merupakan metode yang sukses untuk mengolah
beberapa limbah cair industri, termasuk limbah zat warna dari industri batik.
Elektroda atau anoda memegang peranan yang sangat penting dalam proses
elektrolisis limbah batik. Pemilihan elektroda kerja yaitu stainless steel
didasarkan kepada alloy yang terdiri dari tiga logam yaitu Cr, Ni dan Mg.
Penggunaan tiga logam lebih baik dibandingkan dengan satu logam. Hal ini
disebabkan karena akan terjadi synergitic effect diantara ketiga logam.
Penelitian dilakukan dengan penentuan kandungan logam Fe, Ni dan Cr pada
stainless steel dengan AAS. Sebanyak 0,16 gram stainless steel dimasukkan dalam
25 mL HCl dan 25 mL HNO3 pekat dipanaskan pada lemari asam sampai warna coklat
hilang, kemudian diencerkan dengan aquades pada labu ukur 250 mL, kemudian
larutan itu dianalisa Fe,Ni,Cr dengan menggunakan AAS. Limbah batik diambil
dari salah satu industri batik di Yogyakarta, diambil dengan warna yang berbeda
yaitu hijau, biru dan merah. Limbah diambil sebelum dicampur dan dibuang ke
tempat pengolahan limbah. Limbah kemudian diencerkan sebanyak 20 kali dan
diambil 50 mL untuk elektrolisis. Sel elektrolisis didesain dengan
memperhatikan tempat pengadukan, tempat elektroda kerja dan pembanding serta
pemasukan gas nitogren. Sel elektrolisis dibuat dari kaca dengan volume
maksimum 100 mL. Limbah batik diambil sebanyak 50 mL dimasukkan dalam sel
elektrolisis, seterusnya elektroda kerja stainless steel dan elektroda
pembanding (Pt berbentuk lempengan, luar 1 cm2 dan kemurnian 100% dari Aldrich)
dimasukkan dalam larutan. Elektrolisis dijalankan dengan menggunakan variasi
tegangan, waktu elektrolisis, serta konsentrasi NaCl yang ditambahkan. Larutan
setelah dielektrolisis diambil dan dianalisis dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis Hitachi U 2010. Optimasi kondisi elektrolisis seperti
potensial, waktu elektrolisis, dan konsentrasi NaCl yang ditambahkan. Hasil
penelitian menunjukkan hasil analisis dengan AAS didapatkan konsentrasi logam Fe,
Cr dan Ni masing-masing adalah 54,25 x104 mg/Kg; 15,7984 x 104 mg/Kg dan 1,484
x 104 mg/Kg. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa komponen utama dalam
stainless steel yang digunakan sebagai anoda mengandung logam utama yaitu Fe,
Cr dan Ni. Degradasi limbah batik dengan menggunakan teknik elektrolisis sangat
dipengaruhi oleh penambahan elektrolit seperti NaCl. Penambahan NaCl akan
meningkatkan daya hantar listrik sehingga dalam waktu yang singkat limbah batik
terdegradasi 100% atau larutan menjadi jernih. Namun, efek penambahan NaCl akan
mengakibatkan terbentuknya senyawa baru yang belum diketahui secara pasti, hal
ini ditunjukkan oleh terbentuknya puncak baru pada daerah Ultra Violet.
Penggunaan elektroda stainless steel sebagai anoda sangat menguntungkan karena
senyawa bari di daerah UV tidak terbentuk, tetapi terjadi korosi, karena logam
teroksidasi dan bereaksi dengan Cl membentuk garam yang ditunjukkan oleh
senyawa berwarna hijau dan hitam.
http://data.dppm.uii.ac.id/abstracts/?p=detail&id=238
Senin, 19 November 2012
pengolahan limbah batik
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar