Sholat Di Beberapa Masjid
Saya pernah sholat zuhur di sebuah
masjid. Katakanlah masjid A. Setelah selesai, saya duduk diterasnya.
Sambil memperhatikan, saya lihat
suasana sekeliling masjid. Sebagai insan yang cinta pertanian, saya menilai
masjid A ini kurang cinta pertanian atau lingkungan.
Sebab di masjid A ini, tak ada sama
sekali ruang terbuka bagi tanaman. Artinya, semua tanah yang ada diperuntukan
buat masjid.
Dalam kesempatan yang lain, saya
juga pernah melakukan sholat di masjid B. Bahkan sudah puluhan kali, saya
melakukan sholat di masjid B ini.
Selesai sholat, biasanya saya ke
teras sambil istirahat. Saya senang duduk di teras halaman ini sambil memandang
lingkungan masjid yang penuh dengan tanaman rindang. Apakah masjid B ini, sudah
masuk dalam katagori peduli lingkungan? bisa ya bisa tidak.
Masjid Peduli Lingkungan Versi Saya
Sebagai seorang Muslim, tentu saya
ingin melihat dan menyaksikan sebuah masjid yang “peduli lingkungan”.
Beberapa Kriteria Masjid Peduli
Lingkungan
Dalam kaca mata saya, masjid yang
peduli lingkungan adalah sbb :
1. Masjid yang memiliki ruang
terbuka
Ruang terbuka ini minimal 20 % dari
luas bangunannya. Ini penting, sebab masjid membutuhkan suasana yang indah.
Salah satu keindahan tsb adalah adanya ruang terbuka yang dipenuhi dengan
bermacam tanaman.
Selain memberi nuasa keindahan, juga
memberikan nuasa sejuk. Banyaknya tanaman akan mengeluarkan oksigen yang sangat
dibutuhkan manusia dan makhluk lain. Sehingga memberikan kesan indah, sejuk dan
segar.
2. Adanya Kolam Buatan
Saya pernah beberapa kali ke masjid
Istiqlal, selain ada ruang terbuka yang luas. Masjid ini dikelilingi oleh
kolam/sungai/danau buatan.
Itukan masjid yang besar, jadi wajar
saja. Mungkin ada yang bertanya demikian?
Sebelum saya jawab, apa fungsi kolam
buatan tsb?
Tak lain agar air yang jumlahnya
ratusan bahkan ribuan liter selesai wudhu tidak langsung terbuang ke selokan.
Tapi ditampung di kolam tsb. Apalagi kalau sholat jumat/idul fitri/idul adha,
bisa puluhan ribu liter yang terpakai akan masuk lagi ke kolam tsb.
Jadi, boleh dibilang kolam buatan
tsb jadi sumur resapan. Apa jadinya, bila di masjid terbesar Di Indonesia tak
memiliki kolam buatan tsb. Air yang jumlahnya sangat banyak tsb akan lari ke
selokan terus ke kali Jakarta yang terkenal hitam. Dan akhirnya masuk laut,,,
Bila masjidnya biasa, maka kolam
buatannya juga biasa. Artinya disesuikan dengan kolam/danau/sungai buatan. Bisa
jadi, yang 20 % ruang terbuka ini sudah termasuk kolam buatan tsb.
3. Merekayasa kran air
Lho kok apa hubungannya dengan kran
air?
Suatu ketika, saya pernah menegur
seseorang yang berwudhu denga kran air yang full diputar.
“maaf pak, airnya bisa dikecilkan
sedikit”
“oh ya” kemudian dia mengurangi
debit air kran yang keluar.
Menurut saya, dengan kran air yang
full tsb, air yang terpakai/ terbuang bisa 5 literan. Setelah dia mengurangi
air kran tsb, jumlah air yang terpakai sekitar 2 literan.
Pernah juga, saya menegur seseorang
dalam kasus di atas. Tapi beda, dia tetap saja tak peduli dengan air yang
dipakai.
Pengalaman saya selama sholat di
masjid-masjid, saya melihat banyak sekali untuk kasus nomor 2. Mereka
menggunakan air secara tak wajar. Apalagi bila di musim kemarau yang cukup
panjang,,
Dengan kasus ini, maka alangkah
baiknya pihak pengelola masjid “merekayasa” kran air yang keluar secara wajar.
Walaupun diputar atau digerakkan secara full. Air yang keluar tetap saja tidak
besar.
Ini jelas penghematan yang luar
biasa untuk masalah air.
Saya masih ingat ada ucapan
dari seorang ustad, dikatakannya : “ada hadist Nabi Mahamad SAW, bila seseorang
yang sedang wudhu di sebuah sungai, tak boleh membasuh lebih dari 3 kali”.
Bayangkan, disebuah sungai yang
banyak airnya saja, Nabi Kita sangat peduli akan lingkungan.
Jadi, coba kita bayangkan dan
kalkulasi, berapa jumlah masjid di Indonesia? berapa liter air yang tiap hari
terpakai untuk sholat 5 waktu dalam sehari?
Belum lagi, perilaku masyarakat kita
(sewaktu berwudhu) yang sebagian besar seakan membuang air secara tak wajar.
Dan repotnya, air yang jumlahnya
jutaan liter/hari tsb langsung ngacir ke selokan terus ke kali/sungai. Dan
akhirnya ke laut.
Kita misalkan saja, 10 juta saja
yang sholat di masjid. Setiap orang butuh minimal 2 liter air untuk wudhu. Maka
dibutuhkan sekitar 20 juta liter/wudhu.
Bila 1 hari 5 kali wudhu maka
dibutuhkan sekitar 100 juta liter/hari untuk wudhu. Oke, misalkan kita diskon
lagi 50 % saja, hasilnya 50 juta liter/hari.
Alangkah indahnya, bila air yang
jumlahnya puluhan jutaan liter/hari tertampung dulu di sekitar masjid sebagai
sumur resapan. Artinya, masjid-masjid tsb punya kolam/sungai/danau buatan.
4. Masjid Yang Punya “Materi”
Lingkungan
Di zaman Nabi Muhamad SAW, masjid
punya milti fungsi. Tak sebatas materi aqidah dan ibadah saja. Tapi masjid juga
sarana belajar apa saja.
Ketika akan melepas pasukan perang,
apa yang pernah dikatakan oleh Nabi Kita di masjid?
“,,, jangan kalian bunuh orang
tua, perempuan, anak-anak. Jangan kalian tebang pohon-pohon,,, “
Apakah ucapan Nabi Muhamad SAW ini,
tak peduli lingkungan?
Idealnya, masjid punya minimal 2
lantai. Lantai 1, untuk sarana belajar atau kegiatan lainnya. Belajar apa saja,
tak menutup kemungkinan belajar pertanian. Atau yang bermateri lingkungan
hidup.
Untuk lantai 2, untuk sarana ibadah
khusus.
5. Ada (Banyak) kamar kecil
Di daerah saya, ada sebuah masjdi
besar yang dulunya punya 1 kamar kecil. Sisanya tempat buang air kecil dengan
berdiri. Itu sudah berpuluh-puluh tahun.
Tapi, setelah direnovasi apa yang
terjadi? tak ada satu pun tempat buang air kecil yang berdiri? semuanya dirubah
jadi kamar kecil plus ada tempat WC nya.
Sebab dengan kondisi demikian,
kebersihan masjid bisa terjaga. Di Taiwan saja, ada anjuran supaya kencing dalam kondisi duduk. Di Swedia pun
demikian, ada anjuran supaya kencing tak berdiri.
Mungkin masih banyak yang lain point
yang bisa membuat masjid peduli akan lingkungan hidup. Semoga,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar